Senin, 11 Juli 2011

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

NAMA SEKOLAH :
MATA PELAJARAN : Geografi
KELAS : X
SEMESTER : 1 ( satu )
TAHUN PELAJARAN : 2007 / 2008
ALOKASI WAKTU : 2 x 40 menit


I. STANDAR KOMPETENSI
Memahami Konsep, Pendekatan, Prinsip dan Aspek Geografi
II. KOMPETENSI DASAR
Menjelaskan Konsep Geografi
III. MATERI PEMBELAJARAN
- Konsep Geografi
- Pengertian Geografi
- Ruang Lingkup Geografi
- Objek Studi geografi
- Konsep esensial geografi
IV. INDIKATOR
1. Menganalisa konsep geografi dari berbagai referensi
2. Menyimpulkan konsep geografi dalam kajian geosfer
V. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, Studi Pustaka
VI. LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan ke-1
- Siswa mengingat kembali pengertian geografi dari berbagai referensi
- Siswa menjelaskan ruang lingkup geografi
- Siswa mencari ilmu-ilmu penunjang geografi dari berbagai referensi
- Siswa mengklasifikasikan objek geografi
- Siswa membuat ringkasan dari materi yang sudah dibahas
Pertemuan ke-2
- Siswa mengungkapkan kembali ruang lingkup geografi
- Siswa mendiskusikan konsep esensial geografi
- Siswa mempresentasikan hasil diskusi
- Siswa menyimpulkan konsep esensial geografi dalam kajian geosfer
- Siswa mengajukan ulangan yang diberikan oleh guru
VII. SUMBER BELAJAR / ALAT / BAHAN
- Alat : Bagan Konsep Geografi

- Sumber Belajar :
1. Marah Uli H. dan Asep Mulyadi (2005). Geografi SMA I, Jakarta : Esis
2. Yulmadia Yulis. (2004) Geografi I SMA, Jakarta : Bumi Aksara
3. Iskandar L. (2004). Geografi I SMA, Bandung : Rosda
VIII. PENILAIAN
1. Tuliskan definisi geografi menurut ikatan geografi Indonesia!
2. Sebutkan dua ruang lingkup geografi!
3. Apa yang dipelajari ilmu geomorfologi?
4. Jelaskan perbedaan objek formal dan objek material geografi!
5. Apa yang dimaksud konsep lokasi pada geografi?
6. Beri contoh konsep aglomerasi dalam kajian geosfer!



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

NAMA SEKOLAH :
MATA PELAJARAN : Geografi
KELAS : X
SEMESTER : 1 ( satu )
TAHUN PELAJARAN : 2007 / 2008
ALOKASI WAKTU : 2 x 40 menit


I. STANDAR KOMPETENSI
Memahami Konsep, Pendekatan, Prinsip dan Aspek Geografi
II. KOMPETENSI DASAR
Menjelaskan Pendekatan Geografi
III. MATERI PEMBELAJARAN
Metode / Pendekatan Geografi
1. Metode / pendekatan keruangan ( spacial approach )
2. Pendekatan kewilayahan
- Pendekatan topic
- Pendekatan aktivitas manusia
- Pendekatan regional
3. Pendekatan ekologi (ecological approach)
IV. INDIKATOR
- Menjelaskan perbedaan metode / pendekatan geografi
- Menerapkan metode / pendekatan geografi dalam mengkaji fenomena geosfer
V. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, Studi Pustaka
VI. LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan ke-1
- Siswa mengingat kembali konsep esensial geografi pada materi sebelumnya
- Siswa menggali informasi tentang metode / pendekatan geografi dari bahan-bahan referensi
- Siswa mengkaji perbedaan metode / pendekatan geografi
- Siswa menyimpulkan tiga macam pendekatan geografi
Pertemuan ke-2
- Siswa menjawab pertanyaan guru tentang materi pembelajaran minggu sebelumnya
- Siswa mendiskusikan penerapan metode / pendekatan geografio dalam mengkaji fenomena geosfer
- Siswa mempresentasikan hasil diskusi
- Secara berkelompok siswa membuat laporan tentang masalah geosfer (misalnya : sampah di kota Solo) ditinjau dari ketiga pendekatan geografi
- Siswa mengerjakan soal ulangan (post test) tentang materi pendekatan geografi
VII. SUMBER BELAJAR / ALAT / BAHAN
- Alat : Bagan pendekatan geografi, gambar / chart geosfer
- Sumber Belajar : Yusman Hestianto. (2004), Geografi I SMA. Bogor : Yudistira
VIII. PENILAIAN
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan keruangan?
2. Apa yang dimaksud dengan pendekatan kewilayahan, beri contoh!
3. Apa yang dimaksud dengan pendekatan ekologi, beri contoh!
4. Jelaskan penanganan masalah sampah di kota Solo dengan menggunakan pendekatan geografi!


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

NAMA SEKOLAH : MA PPMI Assalaam Sukoharjo
MATA PELAJARAN : Geografi
KELAS : X
SEMESTER : 1 ( satu )
TAHUN PELAJARAN : 2007 / 2008
ALOKASI WAKTU : 2 x 40 menit


I. STANDAR KOMPETENSI
Memahami Konsep, Pendekatan, Prinsip dan Aspek Geografi
II. KOMPETENSI DASAR
Menjelaskan Prinsip Geografi
III. MATERI PEMBELAJARAN
Prinsip-prinsip Geografi
- Prinsip Penyebaran
- Prinsip Interelasi
- Prinsip Deskripsi
- Prinsip Korologi (Keruangan)
IV. INDIKATOR
- Mengidentifikasi Prinsip-prinsip Geografi
- Menjelaskan Perbedaan Prinsip-prinsip Geografi
- Menerapkan Prinsip Geografi dalam Kajian Geosfer
V. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah, Diskusi, Studi Pustaka
VI. LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan ke-1
- Siswa menyebutkan kembali fenomana geosfer yang pernah diamati di lingkungan sekitarnya.
- Secara individu, siswa menjelaskan prinsip-prinsip geografi dari berbagai referensi
- Secara berkelompok, siswa mengamati fenomena geosfer
- Siswa mendiskusikan contoh nyata dari masing-masing prinsip geografi
Pertemuan ke-2
- Siswa mengungkapkan kembali prinsip-prinsip geografi yang sudah dipelajari sebelumnya
- Secara berkelompok menganalisis bencana alam ( misalnya : tanah longsor, banjir, dsb ) dikaji dari empat prinsip geografi
- Siswa mempresentasikan hasil diskusi
- Siswa menyimpulkan hasil diskusi
- Siswa mengerjakan soal ulangan (post test) yang diberikan oleh guru
VII. SUMBER BELAJAR / ALAT / BAHAN
- Bahan : Gambar-gambar Geosfer
- Sumber Belajar :
 Marah Ali H. dan Asep Mulyadi. (2005). Geografi SMA I, Jakarta, Esis
 Yusman Hestianto. (2004), Geografi I SMA Kelas X. Jakarta, Erlangga
 K. Wardiyatmoko. (2004). Geografi SMA Kelas X. Jakarta, Erlangga
VIII. PENILAIAN
1. Apa yang dimaksud Prinsip Korologi?
2. Jelaskan perbedaaan prinsip interelasi dengan prinsip deskripsi!
3. Beri contoh satu analisa bencana alam dikaji dari ke empat prinsip geografi!



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

NAMA SEKOLAH : MA PPMI Assalaam Sukoharjo
MATA PELAJARAN : Geografi
KELAS : X
SEMESTER : 1 ( satu )
TAHUN PELAJARAN : 2007 / 2008
ALOKASI WAKTU : 2 x 40 menit


I. STANDAR KOMPETENSI
Memahami Konsep, Pendekatan, Prinsip dan Aspek Geografi
II. KOMPETENSI DASAR
Menjelaskan Aspek Geografi
III. MATERI PEMBELAJARAN
Aspek Geografi
- Aspek Fisik (alamiah) : gejala-gejala alam yang timbul
- Aspek Sosial (kehidupan) dengan segala interaksi, penyebaran maupun relasinya.
IV. INDIKATOR
- Mendeskripsikan aspek-aspek Geografi
- Menjelaskan perbedaan aspek fisik dan aspek social geografi
- Memberi contoh aspek-aspek geografi dalam kehidupan sehari-hari
V. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah, Diskusi, Penugasan, Studi Pustaka
VI. LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan ke-1
- Siswa mengungkapkan kembali objek studi geografi yang pernah dipelajarinya.
- Siswa menjelaskan aspek fisik geografi dari berbagai referensi
- Guru mengadakan tanya jawab mengenai keadaan alam di lingkungan sekitar siswa yang termasuk aspek fisik
- Siswa membuat kesimpulan
Pertemuan ke-2
- Guru mengadakan post test mengenai aspek fisik geografi
- Siswa menjelaskan aspek social geografi dari berbagai referensi
- Siswa menjelaskan perbedaan aspek fisik dan aspek social geografi
- Secara kelompok, siswa mengkorolasikan aspek fisik dan aspek social geografi dari pengamatan gambar geosfer
- Siswa memberi contoh aspek-aspek geografi dalam kehidupan sehari-hari
- Secara individu, siswa membuat laporan pengamatan tentang aspek fisik dan aspek social dilingkungan daerah sekitarnya
- Guru mengadakan post test mengenai aspek geografi
VII. SUMBER BELAJAR / ALAT / BAHAN
- Alat : Gambar Geosfer
- Sumber Belajar :
 Marah Ali H. dan Asep Mulyadi. (2005). Geografi SMA I, Jakarta, Esis
 Yulmadia Yulir. (2004). Geografi I SMA, Jakarta, Bumi Aksara
VIII. PENILAIAN
1. Terdiri dari apa sajakah aspek geografi?
2. Jelaskan perbedaaan aspek alamiah dengan aspek social geografi!
3. Beri contoh unsur-unsur aspek alamiah!
4. Beri contoh unsur-unsur aspek social!
5. Jelaskan hubungan aspek fisik dengan aspek social geografi!

Kamis, 07 Juli 2011

laporan KKL DIENG WONOSOBO JATENG

BAB I
Pendahuluan

A .Latar Belakang Masalah
Dataran Tinggi Dieng merupakan bagian dari gugusan Pegunungan Serayu, berketinggian 2.000 mdpl, dan secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Iklim yang luar biasa ditawarkan oleh Dataran tinggi ini, banyak kalangan yang mengatakan, jika belum mampu bepergian ke luar negeri, maka datanglah ke Dieng, karena kita akan merasakan hawa sejuk dan dingin dengan suhu berkisar 10-17° C bahkan dapat mencapai di bawah 0° C pada bulan Juli-Agustus.
Dataran tinggi ini dikenal karena memiliki landscape alam pegunungan yang indah dengan warisan sejarah berupa tinggalan Siwaistik dari belasan abad silam. Tinggalan tersebut adalah delapan buah candi, yaitu Candi Arjuna, Semar, Srikandi, Puntadewa, Sembadra, Dwarawati, Bhima, dan Gatotkaca. Selain itu masih dijumpai beberapa struktur bangunan yang diduga sebagai tempat tinggal para biksu, petirtaan, serta saluran air (tuk bimo lukar) dan jalan kuna (ondho budho). Warisan budaya di Dataran Tinggi Dieng sudah lama dikelola, baik segi pelestarian maupun pemanfaatan untuk pariwisata.
Keadaan geografis Dieng juga menawarkan banyak potensi lain, seperti lahan pertanian yang cocok untuk sayur-sayuran yang kemudian menjadi komoditas perekonomian utama di Dieng. Keuntungan ekonomis lain juga datang dari pengelolaan kawasan Dieng, baik sebagai situs bersejarah maupun objek wisata (kawah dan telaga), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB), pabrik pengalengan jamur dan carica. Sejalan dengan hal-hal di atas, laporan ini mencoba memahami potensi sebenarnya dari Dataran Tinggi Dieng, baik aspek geografis, sejarah, dan ekonomi.
B .Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada laporan KKL 1 ini adalah:
1. Bagaimana kondisi geografis di Dieng?
2. Nilai-nilai apa saja yang dapat diambil dari kondisi geografi di Dieng?
3. Bagaimana kondisi historis di Dieng?
4. Nilai-nilai apa saja yang dapat diambil dari kondisi historis di Dieng?
5. Bagaimana kondisi ekonomi di Dieng?
6. Nilai-nilai apa saja yang dapat diambil dari kondisi ekonomi di Dieng?
C .Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan laporan KKL 1 ini adalah:
1. Mengetahui potensi yang ada dari kondisi geografis di Dieng.
2. Mengetahui nilai-nilai apa saja yang dapat diambil dari kondisi geografi di Dieng.
3. Mengetahui potensi yang ada dari kondisi historis di Dieng.
4. Mengetahui nilai-nilai apa saja yang dapat diambil dari kondisi historis di Dieng.
5. Mengetahui potensi yang ada dari kondisi ekonomi di Dieng.
6. Mengetahui nilai-nilai apa saja yang dapat diambil dari kondisi ekonomi di Dieng.
D .Batasan Masalah
Pembatasan maslah yang akan dibahas terutama pada paparan komoditas utama perekonomian di Dieng, sesuai dengan tugas kelompok, penulis lebih terkonsentrasi pada komoditas loncang.




BAB II
Kondisi Geografis Dataran Tinggi Dieng

1 .Terbentuknya Dataran Tinggi Dieng
Dataran Tinggi Dieng merupakan dataran tinggi yang tertinggi kedua di dunia setelah Nepal, dan yang terluas di Pulau Jawa. Dieng terletak pada posisi geografis 7,11°-7,13° Lintang Selatan dan 109,54° Bujur Timur, berada pada ketinggian 6.802 kaki atau 2.093 m dpl. Secara administratif kawasan Dieng terbagi menjadai dua kawasan yaitu, Kawasan Dieng Kulon (Dieng Barat) yang terletak di Kabupaten Banjarnegara dan Kawasan Dieng Wetan (Dieng Timur) yang terletak di wilayah Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.
Dataran Tinggi Dieng adalah kawasan vulkanik yang terbentuk bertahap sejak masa kuarter, 2 juta tahun yang lalu. Tahap awalnya, aktivitas erupsi vulkanik membentuk kawah dan pegunungan. Tahap kedua, sebagian kawah tidak aktif lagi dan menjadi kantong-kantong air hujan di dataran dia natara pegunungan. Tahap ketiga, kegiatan vulkanink di dalam bumi masih terus berlangsung dan pengaruh larutan hidrotermal menyebabkan terjadinya mata air panas dan kawah-kawah baru, proses ini berlangsung sampai sekarang.
Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah plateu yang terjadi karena letusan dasyat sebuah gunung berapi. Dengan demikian kondisi geologisnya samapai sekarang masih relatif labil bahkan sering terjadi gerakan-gerakan tanah. Beberapa bukti menunjukkan peristiwa hilangnya Desa Legetan, terpotongnya jalan antara Banjarnegara Karangkobar dan Sukoharjo Ngadirejo maupun retakan-retakan tanah yang mengeluarkan gas beracun seperti peristiwa Sinila.
Kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah kompleks gunung berapi dengan kerucut-kerucutnya terdiri dari Bisma, Seroja, Binem, Pangonan Merdada, Pagerkandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Kendil, Kunir dan Prambanan. Lapangan fumarola terdiri atas Kawah Sikidang, kawah Kumbang, kawah Sibanteng, Kawah Upas, Telogo Terus, Kawah Pagerkandang, Kawah Sipandu, Kawah Siglagah dan Kawah Sileri.
2 .Pengaruh Kondisi Geografis bagi Potensi Dieng
Potensi Wisata di Dieng
Kawah-kawah
Candradimuka, Kawah Candradimuka bukan merupakan kawah gunung berapi, melainkan pemunculan solfatar dari rekahan tanah. Terdapat dua lubang pengeluaran solfatar yang masih aktif, salah satunya mengeluarkan solfatar terus menerus sedangkan yang lain secara berkala.
Sibanteng, terletak di Desa Dieng Kulon. Kawah ini pernah meletus freatik dua pada 15 Januari 2009, menyebabkan kawasan wisata Dieng harus ditutup beberapa hari untuk mengantisipasi terjadinya bencana keracunan gas. Letusan lumpurnya terdengar hingga 2 km, merusak hutan milik Perhutani di sekitarnya, dan menyebabkan longsor yang membendung Kali Putih, anak Sungai Serayu. Sebelumnya Kawah Sibanteng meletus pada bulan Juli 2003.
Siglagah
Sikendang, berpotensi gas beracun.
Sikidang, kawah di DTD yang paling populer dikunjungi wisatawan karena paling mudah dicapai. Kawah ini terkenal karena lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah di dalam suatu kawasan luas. Kawah ini adalah kawah vulkanik dengan lubang kepundan berada di daerah dataran sehingga kawah dapat disaksikan langsung dari bibir kawah. Sampai saat ini kawah Sikidang masih aktif mengeluarkan uap panas sehingga air kawah mendidih dan bergejolak. Bau khas pegunungan berapi, kepulan asap putih selalu menghiasi penampilan kawah ini. Uap panas yang keluar disertai semburan air yang mendidih berwarna kelabu selalu muncul berpindah-pindah dan berlompat-lompat dari satu tempat ke tempat lain seperti seekor Kidang, sehingga dinamai Kawah Sikidang.
Sileri, kawah yang paling aktif dan pernah meletus beberapa kali (catatan yang ada 1944, 1964, 1984, dan Juli 2003). Pada aktivitas freatik terakhir (26 September 2009) muncul tiga katup kawah yang baru disertai dengan pancaran material setinggi 200 meter. Kawah terluas di kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng yang masih aktif, dengan permukaan airnya yang terus-menerus mengepulkan asap putih dan menunjukkan gejala vulkanis. Kawah Sileri berwarna kelabu kental seperti leri, sehingga dinamakan kawah Sileri, lingkungan ini masih sangat alami dengan latar belakang pegunungan yang hijau.
Sinila, berpotensi gas beracun. Sinila terletak di Desa Dieng Wetan. Kawah Sinila pernah meletus pada pagi hari tahun 1979, tepatnya 20 Februari 1979. Gempa yang ditimbulkan membuat warga berlarian ke luar rumah, namun kemudian terperangkap gas yang keluar dari Kawah Timbang akibat terpicu letusan Sinila. Sejumlah warga (149 jiwa) dan ternak tewas keracunan gas karbondioksida yang terlepas dan menyebar ke wilayah pemukiman.
Kawah Timbang, berpotensi gas beracun.
Puncak-puncak
Gunung Prahu (2.565 m).
Gunung Pakuwaja (2.395 m).
Gunung Sikunir (2.263 m), tempat wisata, dekat Sembungan.
Danau vulkanik
Telaga Cebong, dekat desa wisata Sembungan. Telaga ini merupakan cekungan dikelilingi oleh perbukitan. Air tanah bukit bukit itumengisi cekungan tersebut. Air telaga digunakan untuk keperluan sehari hari oleh penduduk Sembungan.
Telaga Merdada, dahulu merupakankepundan (kawah gunung berapi yang kemudian terisi air hujan) air dari telaga itu dapat dipergunakan untuk kebutuhanpencluduk Desa Karang Tengah.
Telaga Dringo, nama Dringo didapat dari tumbuhnya dringo di sekeliling telaga tanpa ditanam orang. Telaga itu juga merupakan bekas kawahyang meletus pada tahun 1786.
Telaga Sewiwi, telaga ini bukan merupakan bekas kawah melainkan pemunculan air tanah dari bukit bukit sekitarnya ditambah air hujan, sehingga terjadilah telaga.
Telaga Balekambang, terletak di Kompleks Candi Pendowo, untuk menghindari bahaya banjir yang dapat merusak candi candi, penduduk membuat saluran pembuangan air kesungaiDolok. Saluran tersebut diberi nama Gangsiran Aswatama.
Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Kedua telaga ini dulu merupakan satu telaga saja, karena terbendungnya Sungai Tulis oleh lava, maka telaga tersebut terpisahkan menjadi dua sampai sekarang.
Obyek wisata lain:
Kompleks candi-candi Hindu yang dibangun pada abad ke-7, antara lain: Candi Gatotkaca, Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Sembadra, Candi Srikandi, Candi Setyaki, Gangsiran Aswatama, dan Candi Dwarawati.
Gua: Gua Semar, Gua Jaran, Gua Sumur. Terletak di antara Telaga Warna dan Telaga Pengilon, sering digunakan sebagai tempat olah spiritual.
Air Terjun Sikarim, memiliki ketinggian 80 meter dengan latar belakang bukit yang menjulang dan banyak ditumbuhi perdu dan tanaman langka. Terletak di desa Mlandi Kecamatan Garung 20 km sebelah utara kota Wonosobo.
Sumur Jalatunda, bekas kawah yang terisi oleh air, bentuknya bulat seperti sumur. Sumur tersebut kerap kali meminta korban manusiayang masukke dalamnya tanpa bisa diambil karena terialu dalam. Pendudluk setempat percaya bahwa tempat tersebut didiami oleh makhiukhalus. Percaya atau tidak, adaanggapan bahwa siapa yang berhasil melempar batu dari tepi barat ke timur akan tercapai segala keinginannya.
Dieng Plateau Theater, teater untuk melihat film tentang kegunungapian di Dieng.
Museum Dieng Kailasa, menyimpan artefak dan memberikan informasi tentang alam (geologi, flora-fauna), masyarakat Dieng (keseharian, pertanian, kepercayaan, kesenian) serta warisan arkeologi dari Dieng. Memiliki teater untuk melihat film (saat ini tentang arkeologi Dieng), panggung terbuka di atas atap museum, serta restoran.
Tuk Bima Lukar (Tuk = mata air). Berbentuk sebuah pancuran dari mata air Sungai Serayu. Penduduk sekitar memanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari seperti: mandi, mencuci clan air minum. Tempat ini dikeramatkan dan menurut cerita, bagi mereka yang ingin awet muda, dapat mencoba untuk mandi disana.


Potensi lahan pertanian di Dieng
Kawasan Dataran Tingigi Dieng memiliki keanekaragaman flora yang selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat secara tradisional maupun diolah oleh industry, beberapa yang sudah dikenal adalah Carica dan Jamur Merang. Flora di Dieng dikelompokkan sebagai berikut:
Kelompok Pohon-pohonan
Pakis Haji
Wrakas
Kayu Dampul
Akasia
Puspa
asang
Cemara
Pinus
Carica
Kelompok Semak Belukar
Glagak
Kirinyuh
Pring Anpal Gading
Kenatus
Pakis Jebul
Lumbung
Asem-aseman
Andan-andanan
Serunen
Racunan
Pringgodani
Tumbuhan Tanah
Kumis Kucing
Rendeng
Gandapura
Pancal Kandag
Andon Jarum
Jumpang Putih
Campean
Jumpang Sindep
Sendakan
Kenthang
Jamur Merang
Tumbuhan Air
Endong
Engong Wlingi
Ganggang
Lumut
Lempuyang
Karisan Cyperus
Bretekan
Kehingan
Tumbuhan obat
Purwoceng
Pyrethrum
Jarak
Gandum
Jagung
Kayu Putih
Gondopuro
Pernacery
Tengsek
Cemeti
Buah-buahan
Apel
Persik
Pruimen
Anggur
Peer Noten
Jambu Brazil
Arbeyen
Terong Belanda
Pepaya
Belimbing
Jeruk
Potensi panas bumi di Dieng
Sumber Panas Bumi Dieng ditetapkan oleh Menteri Pertambangan dan Energi tertanggal 20 Agustus 1974 sebagai wilayah kerja VI Panas Bumi bagi Pertamina. Meliputi areal seluas 107.351.9995 Ha, berdasar hasil sumur diperkirakan berpotensi sekitar 2000 Mega Watt Listrik.
3 Nilai yang Terkait
Nilai yang terkait dengan keadaan geografis Dataran Tinggi Dieng beserta potensinya adalah:
Kemandirian daerah. Pemanfaatan Sumber Daya Alam daerah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat Dieng, masyarakat yang mandiri dan kreatif mengembangkan potensi geografi seperti pertanian, perkebunan, pertambangan dan potensi lain menyebabkan ketergantungan daerah akan adanya bantuan pihak lain berkurang.
Kemauan untuk berkoordinasi dan bekerja sama. Karena Dieng terbagi menjadi dua kabupaten, diperlukan koordinasi serta kerja sama dia natara kedua kabupaten tersebut dalam hal pengeloalaan dan pelestarian alam Dieng. Agar pelestarian alam Dieng tidak timpang dan lebih mudah terwujud, sehingga kesejahteraan bersama dapat tercapai.
Kemauan untuk memelihara sumber daya alam dengan arif. Pelestarian alam di Dieng belum dapat dikatakan telah sempurna karena pelestarian alam bebenturan dengan upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat Dieng dan sekitarnya. Sehingga upaya pelestarian alam Dieng seharusnya lebih dapat diupayakan lagi agar kelak generasi berikutnya masih dapat merasakan kekayaan alam Dieng.



BAB III
Nilai Historis Dataran Tinggi Dieng

1.Keterkaitan Dieng dengan Kerajaan Mataran Kuno
Menurut Prasasti Canggal (732 M), Raja Sanjaya adalah pendiri Kerajaan Mataram Kuno dari Dinasti Sanjaya. Raja Sanjaya memerintah dengan sangat adil dan bijaksana, sehingga rakyatnya terjamin aman dan tentram. Di dalam masalah keagamaan, Raja Sanjaya mendatangkan pendeta-pendeta Hindu beraliran Siwa. Dari para pendeta itu, Raja dapat memperdalam agama Hindu Siwa. Pemujaan yang tertinggi di Kerajaan Mataram Kuno diberikan kepada Dewa Siwa yang dianggap sebagai Dewa tertinggi. Untuk memuja Dewa itu, didirikanlah candi-candi.
Keturunan Raja Sanjaya tetap beragama Hindu dengan wilayah kekuasaan meliputi Jawa Tengah bagian utara. Mereka mendirikan candi-candi Hindu di Dataran tinggi Dieng dengan masa pembangunannya berkisar tahun 778-850 M. Di Dataran Tinggi Dieng dapat dijumpai perkomplekan candi yang banyak jumlahnya. Penamaan candi diambil dari nama wayang yang bersumber dari cerita Baratayuda seperti Candi Puntadewa, Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Gatutkaca dan sebagainya.
Latak bangunan terpencar di beberapa tempat, sebagian ada yang mengelompok dan sebagian lain berdiri sendiri. Kelompok candi yang mengelompok yaitu komplek Percandian Arjuna yang berderet dari utara ke selatan, mulai dari Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa dan Candi Sembadra. Di depan Candi Arjuna terdapat Candi Semar.Bangunan candi yang berdiri sendiri misalnya Candi Bima, Candi Gatutkaca, Candi Dwarawatik, Candi Parikesit, Candi Sentyaki, Candi Ontorejo, Candi Samba, Candi Nangkula, Candi Sadewa, Candi Gareng, Candi Petruk dan Candi Bagong. Di antara keseluruhan candi di Komplek Percandian Dieng tersebut, terdapat tiga candi yang kini keadaannya masih relatif utuh yaitu Candi Bima, Candi Arjuna dan Candi Gatutkaca.
Periode pembangunan sebuah candi dapat dilihat dari berbagai sisi. Ketika penanggalan harfiah atau simbolik yang menunjukkan angka tahun tidak ditemukan, maka perhatian terhadap komponen bangunan menjadi alternatifnya. Komponen bangunan seperti cara penempatan tangga, kaki, jumlah relung, denah bangunan, seringkali mengarah pada gaya arsitektur masa tertentu. Selain itu, ornamen candi juga dapat menjadi petunjuk, seperti yang dilakukan EB Vogler. Ia mengelompokkan pendirian candi-candi di Jawa Tengah berdasarkan perkembangan bentuk kala makara. Kala makara merupakan penghias pintu gerbang dan relung-relung candi yang juga berfungsi sebagai ”penjaga”.
2.Candi Dieng sebagai Candi Hindu
Pada Kerajaan yang mendapat pengaruh Agama Hindu, kata Candi berasal dari kata candika yaitu salah satu nama dari Dewi Durga (Dewi Maut). Disamping itu kata candi juga bersal dari kata cinandi yang berarti makam. Untuk memuliakan orang yang sudah wafat. Di candi Dieng yang dikuburkan bukan mayat, namun potongan-potongan berbagai jenis logam dan batu-batu akik (pripih)-dianggap sebagai lambang zat-zat jasmaniah dari sang raja yang telah bersatu kembali dengan dewa penitisnya. Dari prasasti batu yang ditemukan, menyebutkan angka tahun 731 saka (809 Masehi) dan 1210 Masehi, dari informasi ini dapat digunakan sebagai petunjuk bahwa tempat suci Agama Hindu digunakan kurang lebih 4 abad. Ciri candi Hindu yang terdapat pada Candi di Dieng adalah:
Komplek Candi Dieng dibangun pada masa agama Hindu, dengan peninggalan Arca Dewa Siwa, Wisnu, Agastya, Ganesha dan lain-lainya bercirikan Agama Hindu.
Dari sisi arsitektur candi-candi di komplek agak berbeda dibandingkan dengan candi-candi umumnya di Pulau Jawa, terutama candi Bima. Bentuk bagian atas candi Bima merupakan perpaduan gaya arsitektur India Utara dan India Selatan. Gaya arsitek India Utara nampak pada bagian atas yang disebut dengan Sikhara, sedangkan arsitektur India Selatan terlihat adanya hiasan Kudu yaitu hiasan kepala-kepala dewa yang seolah melongok keluar dari bilik jendela. Di India, kudu tidak hanya diisi wajah Dewa, tetapi juga wajah raksasa, disebut kirtimukha, berfungsi sebagai penolak bala. Perbandingan dengan India. Candi Bima dan Arjuna termasuk candi tua, dibangun abad VII-VIII. Tampak bahwa pengaruh Indianya masih kental. Bentuk Candi Bima mirip dengan Candi Bhubaneswar di India, yang dikatakan merupakan perkembangan dari kuil dengan bentuk Shikara (menara yang bertingkat). Bentuk Candi Arjuna mirip dengan candi di India Selatan, yang bentuknya disebut wimana. Prototipe wimana adalah rumah berstruktur bambu. Candi Semar, kemungkinan mengambil bentuk mandapa, yang menjadi bagian dari candi di India, sebagai tempat untuk peziarah dan acara festival.
2. Arsitektur candi-candi di Dieng mangalami perkembangan ke arah kemandirian dari pengaruh India. Candi Arjuna dan Candi Bima diketahui memiliki gaya India yang kental. Kemudian candi-candi lain secara bertahap menunjukkan ciri lokalnya ditandai oleh perkembangan relung dan atap menara. Berkembangnya ciri lokal dimulai dari Candi Srikandi (dari kelompok Candi Arjuna) yang relungnya belum menonjol dan menara atapnya masih terpisah. Tahap selanjutnya adalah candi Puntadewa dan Sembadra yang relung-relungnya lebih menonjol, disusul dengan Candi Dwarawati yang relung dan menaranya hampir mencapai bentuk khas Dieng. Akhirnya, gaya lokal Dieng ditemukan di Candi Gatutkaca yang menara atapnya disatukan dengan struktur bangunannya. Siwa, Dewa utama di Dieng mempunyai banyak wujud: wujud aniconic adalah lingga, wujud antropomorfik (manusia) misalnya Siwa Mahaguru, dan Hari-Hara, wujud zoomorfik (binatang) adalah Nandi, dan wujud teriantrofik (setengah manusia setengah hewan) adalah adikaranandin. Siwa juga digambarkan dalam bentuk androgini (separuh laki-laki dan separuh wanita), yaitu Ardhanariswari, yang menggambarkan Siwa dan istrinya dalam satu tokoh.
3. Adanya hiasan kala dan makara. Kala di Jateng tanpa dagu (kala ukiran diatas pintu). Kala ada pasangannya yaitu makara.
4. Terdapat Pradagsinapatha (tempat jalan sempit). Tetapi tidak ada tepi (pagar langkar).
5. Relung di dinding candi berjumlah 5 buah. Masing-masing sisi 1, kecuali di bagian muka candi berjumlah 2.
6. Di tengah ada pondasi terdapat sumuran. Di dalam sumuran ada perigi tempat untuk menyimpan untuk menyimpan peripih yang ditutup yoni sampai ke pondasi.
7. Candi-candi di Dieng hampir semua menghadap ke barat, kecuali Candi Semar. Biasanya arah candi menghadap pusat kerajaan.
Dua kelompok dewa di candi Dieng:
1. Kelompok Dewa Tri Murti.
Candi-candi di Dieng adalah Candi Hindu, Dewa utama yang disembah dalam Agama Hindu adalah Tri Murti, terdiri atas Brahma (dewa pencipta alam semesta), Wisnu (dewa pengatur waktu keberadaan isi alam semesta), dan Siwa (dewa pengatur kembalinya isi alam semesta kepada alam keabadian). Di Dieng, keberadaan Tri Murti ditemukan di Candi Srikandi, ini berarti terdapat pemujaan Tri Murti di Dieng.
2. Kelompok Siwa dan Parswadewata
Dalam Agama Hindu, terdapat banyak sekte, paling populer adalah sekte saiwa yang mengutamakan pemujaan Dewa Siwa. Di dalam candi untuk memuja Siwa. Siwa atau lingga-yoni menempati bilik utama (garbagreha) diikuti oleh parswadewata, terdiri atas Agastya, Ganesa Dan Durga. Di India, parswadewata tidak menyertakan Agastya, melainkan Kartikeya. Di Dieng, bukti pemujaan Kartikeya dijumpai dalam prasasti Humpan yang dijumpai di Gunung Pangonan.
Kelompok candi Jawa Tengah bagian utara seperti Candi Dieng biasanya memiliki ciri-ciri: Candi-candi berkelompok tiada beraturan dan lebih-lebih merupakan gugusan candi yang masing-masing berdiri sendiri. Selain itu hiasan dan bentuknya lebih bersahaja. Bangunan candi terdiri atas kaki yang melambangkan bhurloka (dunia manusia), dan tubuh yang melambangkan bhuwarloka (dunia mereka yang disucikan), dan atap yang melambangkan swarloka (dunia para dewa). Kaki, denahnya bujur sangkar, agak tinggi, serupa batus, dapat dinaiki melalui tangga ke bilik candi. Ditengah-tengah ada sebuah perigi tempat menanam peripih. Tubuh candi, terdiri dari : sebuah bilik yang berisi arca perwujudannya. Ditengah bilik. Tepat di atas perigi. Menghadap ke arah pintu masuk candi. Dinding bilik sisi luarnya diberi relung-relung yang diisi dengan arca. Relung sisi selatan bertakhta arca guru, utara- durga dan dalam relung dinding belakang (barat atau timur, tergantung arah hadap candi) arca Ganesha. Atap candi: Terdiri atas susunan tiga tingkatan, yang semakin ke atas semakin kecil ukurannya, pada puncak diberi genta. Di dalam atap terdapat sebuah rongga kecil yang dasarnya berupa batu segi empat berpahatkan gambar teratai merah, takhta dewa. Dimaksudkan sebagai tempat bersemayam sementara sang dewa.
3 .Nilai yang Terkait
Penjunjungan tinggi manusia terhadap agama Hindu dengan mendirikan candi-candi di Dieng. Candi-candi di Dieng digunakan untuk menyembah Dewa Siwa, Dewa tertinggi dalam agama Hindu.
Gotong royong dan kegigihan dalam proses pembuatan candi. Proses pembuatan candi tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Sehingga diperlukan kegigihan untuk membangun sebuah candi dan dilaksanakan secara bergotong royong untuk meringankan dalam proses pembuatan candi.
Pelestarian peninggalan-peninggalan kuno. Candi-candi di Dieng merupakan salah satu peninggalan kuno yang harus dilestarikan dan tetap dijaga keutuhannya.
Saling menghargai kepercayaan masing-masing individu. Masyarakat di sektar Dieng tidak hanya menganut agama hindu saja sehingga dibutuhkan adanya rasa saling menghargai antar sesame warga walauun mereka mempunyai kepercayaan yang berbeda-beda.
Mengembangkan potensi pariwisata. Dengan adanya bangunan candi di Dieng bisa menjadi daya tarik wisatawan sehingga bisa mengembangkan potensi pariwisata di daerah Dieng.
Rasa tanggung jawab untuk menjaga dan tidak merusak bangunan candi. Bangunan candi harus dilestarikan seahingga dibutukan rasa tanggung jawab dari warga sekitar untuk menjaga dan tidak merusak bangunan candi yang ada.




BAB IV
Potensi Ekonomi Dataran Tinggi Dieng

Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah plateu yang terjadi karena letusan dasyat sebuah gunung berapi. Segala sesuatu yang ada di suatu daerah tersebut yang dapat dimanfaaatkan. Kondisi tanah yang subur, pemandangan alam yang indah dengan dilengkapi cerita-cerita historis dan peninggalannya. Potensi alam yang ada memang sangat berpengaruh pada kamakmuran masyarakat Dataran Tinggi Dieng. Adapun pemanfaatannya bagi seorang petani yaitu dengan menggunakan lahan yang subur untuk ditanami vegetasi yang cocok dengan PH tanah Dieng. Masyarakat disana biasanya menanami sayur-sayuran seperti kentang, loncang, cabe, kobis, dan seledri. Dan disana juga terkenal dengan buah karika dan tanaman yang namanya purwaceng.
Dikawasan ini pada awalnya banyak tumbuh pohon tanaman keras sehingga konservasi tanah dan air terjaga. Jenis tanaman keras yang banyak ditemui adalah akasia, cemara, pinus, suren, pakis haji, kayu dampul. Namun, sejak beberapa tahun terakhir ini tanaman tersebut banyak ditebangi dan lahan tersebut dipergunakan untuk budidaya tanaman kentang dan sayur sayuran lainnya, sehingga menjadi gundul dan tingkat erosinya tinggi.
A .Kegiatan Ekonomi Masyarakat Dieng
Kegiatan ekonomi di suatu tempat berkaitan erat dengan potensi di suatu daerah. Manusia berusaha memanfaatkan apa yang ada di sekitar lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan ekonomi masyarakat Dieng antara lain:
1. Pertanian
Sebagian besar masyarakat Dieng bermatapencaharian bertani. Ada yang hanya menjadi buruh kerja saja, dan ada pula yang mengelolah lahannya sendiri. Para pemilik modal di Dieng biasanya banyak membeli lahan, karena semakin bertambah tahun lahan-lahan di Dieng harganya semakin naik. Hal ini sangat menguntungkan warga yang banyak memiliki lahan pertanian.
a. Kentang. Sebagian petani di Dieng menanam kentang, meskipun banyak juga tanaman sayuran yang bisa ditanam pada lahan di Dieng. Tetapi petani tetap kebanyakan memilih tanaman kentang, karena dlihat dari harga pemasarannya lumayan tinggi dibanding dengan sayuran lainnya. Selain itu juga banyak lagi manfaat kentang, yaitu:
Bahan diversifikasi pangan non beras yang bernilai gizi tinggi.
Tanaman cepat menghasilkan (cash crop) bagi petani.
komoditas ekspor non-migas.
Bahan dasar industri pangan dan tekstil.
Bahan makanan fast-food yang menjamur di kota-kota besar.
b. Karika. Kabupaten Wonosobo juga memiliki komoditas unik yang bisa dijadikan andalannya, yaitu Karika, sejenis pepaya kerdil yang hanya hidup di atas ketinggian 1.700 m dpl. Dataran Tinggi Dieng carica tumbuh secara liar. Sebagai oleh-oleh dari dataran tinggi Dieng, pengunjung dapat membeli manisan carica di berbagai toko di Wonosobo Karika juga hanya mampu tumbuh dan berkembang bagus di Dieng. Tanaman ini merupakan tanaman yang sangat potensial untuk dijadikan komoditas unggulan, karena setelah digarap secara tradisional, ternyata memiliki potensi pasar yang cukup menjanjikan. Karika diproduksi menjadi minuman botolan yang pengolahan dilakukan oleh masyarakat sendiri.
Karika bisa dijadikan potensi unggulan daerahnya, melalui sistim produksi pabrikasi. Untuk terpenuhinya kapasitas konstan produksi sebuah pabrikasi, dibutuhkan minimal 5.000 hektar untuk pengembangannya. Karena itulah, Pemkab Wonosobo sedang mencari areal yang dianggap paling pas untuk tumbuh dan berkembangnya Karika.
Purwaceng. Dieng juga memiliki tanaman yang mirip dengan ginseng yang bernama purwaceng (pimpinella pruatjan). Bahkan kabarnya, khasiat Purwaceng lebih bagus dari ginseng. Dari namanya saja, sudah memberikan gambaran tentang khasiat. Pohon jenis perdu ini pun tidak bisa tumbuh sembarangan. Berbeda dengan ginseng. Kalau tanaman khas Korea itu masih bisa tumbuh di Indonesia hingga menghasilkan umbi, walaupun tidak sebaik di tanah asalnya. Sedangkan Purwaceng, hanya bisa tumbuh di Gunung Dieng, Kabupaten Wonosobo. Itu pun tidak semua kawasan Gunung Dieng, karena harus memiliki ketingian 1.700-2000 meter diatas permukaan laut (dpl). Hanya dua gunung yang bisa dijadikan sebagai habitatnya, yakni Gunung Perahu dan Gunung Pakuwojo. Sudah banyak yang berusaha membudidayakannya, namun hasilnya tidak sebagus aslinya.
Saat ini sudah ada yang memproduksi Purwaceng sebagai obat-obatan dalam bentuk ekstrak maupun kapsul, sebagai suplemen untuk memacu stamina laki-laki. Sayangnya, hingga saat ini pengembangannya masih bersifat tradisional. Belum digarap dengan teknologi yang lebih modern. Ke depannya, Purwaceng diharapkan bisa menjadi komoditas yang bisa diolah secara lebih maju lagi.
2. Kegiatan ekonomi lain. Masyarakat Dieng ada juga yang bermatapencaharian selain petani, yaitu sebagai pedagang, berkebun tembakau, pegawai pemerintahan maupun swasta, dll. Perdagangan di Dieng yang semakin maju karena didukung oleh adanya pemilik modal, alat trasportasi dan sarana trasportasi. Sehingga mempermudah dalam distribusi hasil pertanian dari petani baik ke konsumen langsung ataupun ke pedagang eceran yang ada di pasar. Tanah di Dieng juga ada yang cocok untuk ditanami tembakau, jadi sebagian petani ada yang berkebun tembakau. Kemudian, dari aspek pariwisata warga dapat memperoleh pendapatan.
B .Perkembangan Permintaan dan Penawaran Komoditas Loncang di Dieng
Dalam pembahasan bab kali ini, kelompok kami diberi tugas untuk meneliti komoditas loncang. Penelitian kami mengenai harga dan perkembangan supply dan permintaan berlokasi di Pasar Garung, Wonosobo.
Loncang termasuk dalam jenis sayuran yang digunakan sebagai sayuran pelengkap, biasanya diolah bersama sayuran lain, bahan gorengan dan makanan lainnya.
Masa tanam loncang adalah tiga bulan. Produksi tanaman loncang dipengaruhi oleh banyaknya curah hujan. Jika terlalu sedikit curah hujan maka loncang akan mati namun jika terlalu banyak curah hujan maka loncang akan membusuk.
Di pasar tersebut terdapat dua jenis loncang yang di jual di pasar tersebut yaitu loncang besar dan loncang kecil. Para pedagang di pasar Garung berkulakan loncang di pasar Siwuran, Kalijeruk. Menurut Ibu Karsono hasil loncang dari petani dibeli oleh pedagang desa (tengkulak desa) lalu dijual ke pasar Siwuran. Pembeli di pasar Siwuran tidak terbatas pedagang sayur di sekitar Dieng, tapi juga dari luar kota seperti Jakarta, Ciamis, Banjarnegara dan sekitarnya. Pasar sayur lokal lain yang ada di sekitar pasar Garung adalah Pasar Moyosari, Pasar Siwuran, dan Pasar Kreteg.
Di pasar Garung tersebut antara harga kulakan dan harga jual relatif sama antara penjual yang satu dengan penjual yang lainnya. Yaitu harga kulakan adalah Rp. 1500,00/kg sedangkan harga jual adalah Rp. 2000,00/kg. Jadi para penjual biasannya memperoleh keuntungan Rp. 500, 00/kg. Harga loncang paling mahal bisa mencapai Rp. 5000,00/kg. Ini biasanya terjadi pada bulan Juli-September karena lahan untuk menanam loncang digunakan untuk menanam tembakau dan hasilnya produksi petani sedikit. Dan menurut Ibu Rukiyah pedagang di pasar tersebut, harga loncang ikut naik saat harga kubis, seledri dan wortel naik. Sedangkan biasannya harga loncang murah pada waktu bulan-bulan panen termasuk bulan maret. Dan biasanya harga kulakan Rp. 1250, 00/kg dan dijual kembali oleh pedagang dengan harga Rp. 1500,00/kg. Hal lain yang menyebabkan naik turunnya harga loncang adalah harga barang-barang penunjang produksi seperti halnya pupuk.
Pembeli loncang di pasar Garung adalah ibu rumah tangga, penjual martabak, penjual mie ayam, penjual gorengan, juga orang-orang yang mempunyai warung atau rumah makan. Menurut Ibu Partiyah, dalam sehari loncang bisa terjual hingga 5 kilogram dan pembeli bisa banyak jika hari bercuaca cerah karena jika cuaca buruk/hujan, mungkin pembeli malas untuk pergi ke pasar. Pembeli loncang bisa meningkat dan harga meningkat saat musim hajatan, nikah, khitan, bulan mulud dan lebaran. Namun terkadang pada masa lebaran harga loncang bisa saja tetap murah walaupun permintaan akan loncang banyak. Seperti pada lebaran kemarin harga loncang tetap murahdikarenakan panen sedang melimpah.
Hal-hal yang mempengaruhi permintaan pasar loncang di Dieng:
Pasar Induk
Pasar Induk adalah pasar grosir tradisional yang atau pasar tradisional terbesar di tiap propinsi. Pasar ini biasanya terletak di pusat kota propinsi. Adanya pasar Induk seperti Pasar Induk Wonosobo tentunya mempengaruhi permintaan loncang di Dieng.
Pasar Lokal
Pasar lokal yang dimaksud adalah pasar di pusat- pusat produksi. Di pasar tradisional lokal umumnya dijual bahan pangan dan nonpangan dan melayani penjual eceran. Keberadaan pasar lokal seperti pasar Kreteg, Pasar Siwuran, dan Pasar Moyosari di Dieng juga mempengaruhi permintaan loncang di Dieng.
Pengolah
Pengolah loncang seperti penjual gorengan, penjual mie ayam dan makanan lain yang memerlukan loncang, dan adanya musim hajatan juga mempengaruhi permintaan loncang.
Fluktuasi harga
Fluktuasi harga loncang mempengaruhi permintaan loncang di Dieng.
Hal-hal yang mempengaruhi penawaran pasar Loncang di Dieng:
Modal
Petani Dieng seringkali terhambat permodalan, khususnya saat musim tanam. Besarnya biaya produksi membuat sebagian petani terpaksa meminjam modal berbunga tinggi kepada tengkulak. Akibatnya, selain petani terbebani bunga pinjaman, proses produksi sering terhambat. Karena itulah petani Dieng berharap ada lembaga keuangan khusus yang membantu mereka mengakses modal berbunga. Sehingga tidak menghambat proses penanaman, hal ini juga petani segera dapat menyediakan permintaan pasar jadi harga barang tidak akan melonjak tinggi.
Ketersediaan faktor produksi seperti tenaga kerja, bibit, pupuk, dan pestisida.
Kita ketahui sekarang ini generasi muda khususnya di Dieng yang tetap menetap di desanya itu jarang sekali. Kebanyakan dari mereka pergi ke kota untuk melenjutkan studi ataupun bekerja yang jauh lebih baik. Sehingga ketersediaan tenaga kerja sedikit terganggu, dengan sedikitnya tenaga kerja yang tersedia. Apabila petani akan membeli bibit unggul mereka harus sabar menunggu dan lumayan jauh tempat membelinya. Selain itu juga petani yang kurang berpengalaman memilih pupuk dan pestisida, mereka kebingungan sebelum ada informasi dari petani yang professional. Hal ini karena kurangnya keterlibatan pemerintah dalam kegiatan masyarakatnya.
Kesuburan tanah.
Tanah di Dieng tidak semuanya bisa ditanami karena tingkat kesuburan yang berbeda-beda dari tempat yang satu dengan tempat yang lainnya. Dan kesuburan tanah juga dapat berkurang. Kondisi tanah yang selalu berkurang kesuburannya karena erosi memepengaruhi hasil pertanian loncang. sehingga mempengaruhi penawaran.
Cuaca.
Jika tanaman loncang pada saat jangka waktu penanaman terlalu banyak hujan yang turun, tanaman mudah busuk, begitu pula saat curah hujan kurang, tanaman loncang juga terhambat pertumbuhannya.
Komoditas lain.
Dengan ditanamnya tembakau di lahan-lahan petani Dieng yang sebelumnya digunakan untuk menanam loncang juga mempengaruhi penawaran petani. Penanaman tembakau terutama pada bulan Juli-September. Sehingga harga pun naik.
Nilai yang Terkait
Adapun nilai-nilai yang ada pada kegiatan ekonomi masyarakat Dieng, yaitu
Kejujuran. Biasanya para pemilik lahan mempercayakan begitu saja kepada para pekerja yang mengelola lahannya. Karena kebanyakan dari mereka sibuk, sehingga tidak ada waktu untuk mengontrolnya. Maka seorang pekerja harus benar-benar jujur tentang pengeluaran untuk keperluan dimulai dari proses pengolahan lahan, pembelian bibit, penanaman dan perawatan tanaman (obat hama yang diperlukan), proses panen dan hasilnya. Dengan kejujuran tidak akan merugikan kedua belah pihak. Dan banyak keuntungan yang diperolehnya, seperti pekeja akan diberi kepercayaan yang sepnuhnya oleh pemilik lahan dengan jangka waktu yang lama selagi masih mau mengelolah lahannya, pembagian hasil yang terbuka sehingga tidak ada rasa saling mencurigai yang tidak baik.
Keuletan. Dalam proses pengolahan lahan yang baik, seorang petani harus mempunyai keterampilan. Tetapi itu saja belum cukup, jika tidak dibarengi dengan keuletan. Ulet dalam mengolah tanah sangat diperlukan agar dapat menghasilkan panen yang maksimal. Adapun tindakan yang dilakukan petani yaitu dimulai dari memilih pupuk yang cocok, pembuatan terasering yang baik (dapat mendukung proses tumbuhnya tanaman dan bertujuan agar unsur hara tanah tidak hilang), pemilihan bibit tanaman juga tidak boleh sembarangan harus mempertimbangkan kualitas. Selanjutnya pada tahap pertumbuhan petani harus mampu mengetahui hama-hama yang menyerang tanamannya dan obat hama apa yang digunakan agar hama-hamanya mati, tetapi juga harus tetap menjaga kualitas tanamannya. Dan petani harus dapat memelihara sampai panen.
Kemanusiaan. Pada saat penjualan hasil panen ke tengkulak yang disini berperan sebagai distributor. Seorang distributor harus mempunyai nilai kemanusiaan, ketika mereka membeli hasil ladang para petani. Harga yang ditawarkan harus yang sesuai dengan harga laku di pasar, tidak seenaknya sendiri menentukan harga yang rendah karena itu akan merugikan para petani yang sudah menghabiskan biaya dan tenaga yang tidak sedikit untuk proses penanamannya dari awal sampai dengan panen.
Tanggung jawab. Penanaman tanaman yang ada di Dieng kebanyakan dalam penanaman jenis tanamannya itu dari tahun ke tahun sama, penggunaan pupuk dan pemberantas hama yang berlebihan. Walaupun bagi petani memang sangat menguntungkan para petani pada saat penjualannya. Mereka seharusnya tidak hanya memikirkan jangka pendeknya saja. Rasa tanggung jawab mereka harus ada dalam mempertahankan unsur hara tanah. mengakibatkan semakin berkurangnya kandungan unsur hara yang ada, lama kelamaan tanah akan tidak produktif lagi.
Berbagi. Pendapatan masyarakat Dieng selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi juga digunakan kegiatan sosial, contohnya bergotong royong membangun masjid. Terbukti di Dieng banyak sekali didirikan masjid dan mushola. Pendapatan mereka juga bisa digunakan membangun desa mereka agar lebih maju seperti membuat jalan desa agar aktivitas masyarakatnya bisa bejalan dengan lancar.







BAB V
Penutup

Kesimpulan
Dataran Tinggi Dieng adalah kawasan vulkanik yang terbentuk bertahap sejak masa kuarter, 2 juta tahun yang lalu. Tahap awalnya, aktivitas erupsi vulkanik membentuk kawah dan pegunungan. Tahap kedua, sebagian kawah tidak aktif lagi dan menjadi kantong-kantong air hujan di dataran dia natara pegunungan. Tahap ketiga, kegiatan vulkanink di dalam bumi masih terus berlangsung dan pengaruh larutan hidrotermal menyebabkan terjadinya mata air panas dan kawah-kawah baru, proses ini berlangsung sampai sekarang. Hal ini membuahkan banyak potensi di bidang pertanian, pariwisata, keberadaan sumber panas bumi dan menuntut nilai-nilai yang berkaitan dengan pemanfaatan alam yang berimbang dengan pelestariannya.
Menurut Prasasti Canggal (732 M), Raja Sanjaya adalah pendiri Kerajaan Mataram Kuno dari Dinasti Sanjaya. Keturunan Raja Sanjaya tetap beragama Hindu dengan wilayah kekuasaan meliputi Jawa Tengah bagian utara. Mereka mendirikan candi-candi Hindu di Dataran tinggi Dieng dengan masa pembangunannya berkisar tahun 778-850 M. Di Dataran Tinggi Dieng dapat dijumpai perkomplekan candi yang banyak jumlahnya. Komplek Candi Dieng dibangun pada masa agama Hindu, dengan peninggalan Arca Dewa Siwa, Wisnu, Agastya, Ganesha dan lain-lainya bercirikan Hindu baik dari India Utara dan India Selatan dan ciri candi lokal Dieng, antara lain:
Sikhara (India Utara), hiasan Kudu (India Selatan). Lalu candi Dieng juga dibagi menjadi candi kelompok Dewa Tri Murti dan aliran Siwaistik.
Keberadaan peninggalan sejarah di Dieng yang berawal dari kepercayaan masyarakat dahulu berwujud candi yang dibangun dengan semangat, kerja keras, dan gotong royong, menuntut pelestarian dari generasi berikutnya dan adanya penghargaan akan pluralitas baik dari segi agama dan kepercayaan.
Kegiatan ekonomi masyarakat Dieng berkisar pada kegiatan pertanian, perdagangan, pariwsata, perkebunan tembakau. Lalu perkembangan permintaan loncang di Dieng dipengaruhi oleh pasar induk, pasar lokal, pengolah, fluktuasi harga, dan keadaan yang ada dalam masyarakat (hajatan, hari –hari besar, dll.).
Hal-hal yang mempengaruhi supply pasar Loncang di Dieng adalah modal, ketersediaan faktor produksi seperti tenaga kerja, bibit, pupuk, dan pestisida, kesuburan tanah, cuaca, dan komoditas lain.
B. Saran
1. Diharapkan dengan potensi yang ada pada Dataran Tinggi Dieng, potensi tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menunjang kesejahteraan masyarakat Dieng dan sekitarnya.
2. Giatnya pemanfaatan sumber daya yang ada di Dieng seharusnya diiringi dengan pelestarian alam yang giat pula.
3. Hendaknya dalam pelestarian alam lebih banyak bermediakan tradisi, kearifan local dan budaya setempat, sehingga program pelestarian benar-benar mengena pada masyarakat.
4. Diharapkan koordinasi dan integrasi yang lebih baik dari pemda kabupaten Banjarnegara dan kabupaten Wonosobo dalam pengelolaan pelestarian alam Dieng. Promosi wisata, pengembangan, serta pelestarian alam yang baik akan lebih memperkaya pendapatan masyarakat dan daerah.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Wisata Kabupaten Banjarnegara, (Online), http://www.indonesia.go.id/id/index2.php, diakses pada 21 April 2010).
Anonim. Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateu), (Online), (http://www.banjarnegarakab.go.id/menu.php?name=Halaman_Potensi&sop=lihat_halaman&artid=1, diakses pada21 April 2010).
Anonim. Dieng Plateau, (Online), (http://wonosobokab.go.id/?m=par1, diakses pada 21 April 2010).
Anonim. Dieng Tempat Tinggal Para Dewa, (Online), (www.indonessianvillage.com, diakses pada21 April 2010).)
Anonim. Dieng, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Dieng, diakses pada 21 April 2010).
Anonim. Kawasan Dataran Tinggi Dieng, (Online), (http://www.central-java-tourism.com/id/places-resort-Dieng.php, diakses pada 21 April 2010).
Arga Visi Media. Bumi Khayangan Dieng (Dieng Plateau): Ada Di Jawa Tengah, (Online), (http://argawanajogja.wordpress.com/2008/06/04/sekilas-tentang-Dieng/, diakses pada 21 April 2010).
Bardika, I Wayan. 2006. Sejarah. Jakarta: Erlangga.
Surahmat. 2009. Tiga Masalah Petani Dieng, (Online), (http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/05/05/62166/Tiga.Masalah.Petani.Dieng, diakses pada21 April 2010).
DESKRIPSI NEGARA SPANYOL
Ibu kota :Madrid
Nama asli :Estado espanyol
Luas wilayah :505.050 km
Jumlah penduduk :40.037.995 jiwa
Suku mayoritas :Spanyol
Agama mayoritas :Roma Katolik
Bahasa :Spanyol
Lagu kebangsaan :Marcha Granedera
Hasil alam :Mercuri,potas ,timah,besi,uranium.tembaga,seng,batu bara
Industri :Mesin,tekstil,sepatu,kertas,kendaraan ,kapal,semen
Hasil pertanian :PADI,zaitun anggur,jeruk
Mata uang :Euro






Spanyol merupakan sebuah negara di Eropa barat daya, yang bersama Portugal, terdapat di Semenanjung Iberia. Batas daratnya dengan Eropa adalah Pegunungan Pyrenia dengan Perancis dan Andorra.
Wilayahnya juga terdiri dari kota Ceuta dan Melilla di Afrika Utara, Kepulauan Canary di Samudra Atlantik, dan berbagai pulau di Laut Tengah.
Wilayah Spanyol dibatasi oleh Portugal di barat, serta Gibraltar dan Maroko di selatan. Negara ini berbatasan dengan Perancis dan Andorra di timur laut melalui Pegunungan Pyrenia.
Batas lautnya adalah Samudra Atlantik di barat dan Teluk Biscay di utara serta Laut Tengah di timur, di mana Negara ini memiliki wilayah Kepulauan Balearik. Di selatan, terdapat Selat Gibraltar. Kota-kota di Negara ini dengan jumlah penduduk terbanyak ialah Madrid, Barcelona, Valencia, Sevilla, dan Málaga.
Lansekap Spanyol didominasi oleh dataran tinggi dan pegunungan, seperti Pyrenia dan Sierra Nevada. Dari tempat-tempat tersebut, mengalirlah berbagai sungai.
Iklim Spanyol terbagi menjadi empat bagian, yaitu :
• Mediterania
• Daerah dalam
• Pesisir utara
• Canary
Terkait pembagian administratif, Spanyol dibagi menjadi 50 provinsi, dikelompokkan dalam 17 wilayah otonomi dan 2 kota otonom yang mempunyai otonomi yang luas.
Spanyol terdiri dari 17 wilayah otonomi (comunidades autónomas) dan dua kota otonom (ciudades autónomas; Ceuta dan Melilla). Ketujuh belas wilayah otonomi Negara ini antara lain :
• Andalusia (atau Andalucía)
• Aragon
• Asturias
• Kepulauan Baleares
• País Vasco (atau Basque Country)
• Kepulauan Canary (Islas Canarias)
• Cantabria
• Castile-La Mancha (Castilla-La Mancha)
• Castile dan Leon
• Katalonia
• Extremadura
• Galicia
• La Rioja
• Madrid
• Murcia
• Navarre
• Valencia
Kerajaan Spanyol juga dibagi kepada 50 provinsi (provincias). Wilayah otonomi mengelompokkan beberapa provinsi (Extremadura, contohnya, terdiri dari dua provinsi: Cáceres dan Badajoz).
Wilayah otonomi Asturias, Kepulauan Baleares, Cantabria, La Rioja, Navarre, Murcia, dan Madrid masing-masing terdiri dari satu provinsi. Secara tradisional, provinsi-provinsi tersebut dibagi lagi kepada wilayah bersejarah (comarcas).
Terdapat lima enklave (plazas de soberanía) di lepas pesisir Afrika: kota Ceuta dan Melilla diperintah sebagai kota-kota otonom, sebuah status yang berada di antara kota dan wilayah otonomi;
Kepulauan Islas Chafarinas, Peñón de Alhucemas, dan Peñón de Vélez de la Gomera berada di bawah pemerintahan langsung Spanyol. Ceuta dan Melilla, meskipun bukan merupakan wilayah bersejarah secara resmi, juga mempunyai status istimewa.
Spanyol adalah sebuah negara yang pernah ditaklukkan oleh Islam untuk mengembangkan agama Islam di negeri tersebut.
Ketika Islam masuk ke negeri ini, banyak perkembangan peradaban yang pesat baik dari kebudayaan maupun pendidikan Islam, karena negeri ini subur dengan penghasilan ekonomi yang cukup tinggi sehingga menghasilkan para pemikir hebat.
Spanyol mengalami perkembangan pesat dalam kebudayaan dan pendidikan Islam yang dimulai dengan mempelajari ilmu agama dan sastra, kemudian meningkat dengan mempelajari ilmu-ilmu akal.
Karena dalam waktu relatif singkat Cardova dapat menyaingi Baghdad dalam bidang ilmu pengetahuan dan kesusastraan. Karena itu kehadiran Islam di negeri ini banyak menarik perhatian para sejara


Imperium Spanyol' umumnya berarti koloni seberang lautan Spanyol di Amerika, Pasifik, dan tempat lainnya. Namun tak jelas mana yang pastinya bagian Imperium Spanyol . Sebagai contoh, secara tradisional, wilayah seperti Negeri Rendah dimasukkan karena milik Raja Spanyol, diperintah oleh pejabat Spanyol, dan dipertahankan oleh pasukan Spanyol. Namun sejarawan Inggris Henry A. Kamen menulis bahwa wilayah-wilayah itu tak pernah menjadi bagian negara "Spanyol" dan alih-alih bekas bagian Habsburg yang lebih luas. Akibatnya, banyak sejarawan yang menggunakan istilah "Habsburg" dan "Spanish" saat membicarakan kerajaan Carlos I atau Felipe II. Hanya dari pandangan "Anglosakson" pandangan itu akurat, dengan segala akibatnya, bahwa Negeri Rendah adalah bagian Spanyol selama masa ini.
A.Geografi Spanyol
Wilayah Spanyol dibatasi oleh Portugal di barat, serta Gibraltar dan Maroko di selatan. Spanyol berbatasan dengan Perancis dan Andorra di timur laut melalui Pegunungan Pirenia. Batas lautnya adalah Samudra Atlantik di barat dan Teluk Biscay di utara serta Laut Tengah di timur, di mana Spanyol memiliki wilayah Kepulauan Balearik. Di selatan, terdapat Selat Gibraltar. Kota-kota di Spanyol dengan jumlah penduduk terbanyak ialah Madrid, Barcelona, Valencia, Sevilla, dan Málaga.
Lansekap Spanyol didominasi oleh dataran tinggi dan pegunungan, seperti Pirenia dan Sierra Nevada. Dari tempat-tempat tersebut, mengalirlah berbagai sungai.
B .Iklim Spanyol Terbagi Menjadi Empat Bagian:
• Mediterania
• Daerah dalam
• Pesisir utara
• Canary
C .Pembagian Administratif.
Spanyol dibagi menjadi 50 provinsi, dikelompokkan dalam 17 wilayah otonomi dan 2 kota otonom yang mempunyai otonomi yang luas.
Wilayah otonomi Spanyol
Spanyol terdiri dari 17 wilayah otonomi (comunidades autónomas) dan dua kota otonom (ciudades autónomas; Ceuta dan Melilla).
• Andalusia (atau Andalucía)
• ARAGON
• ASTURIAS
• KEPULAUAN BALEARES
• PAÍS VASCO (ATAU BASQUE COUNTRY)
• Kepulauan Canary (Islas Canarias)
• CANTABRIA
• CASTILE-LA MANCHA (CASTILLA-LA MANCHA)
• Castile dan Leon
• Katalonia
• Extremadura
• Galicia
• La Rioja
• Madrid
• Murcia
• Navarre
• Valencia
D .Provinsi Spanyol
Kerajaan Spanyol juga dibagi kepada 50 provinsi (provincias). Wilayah otonomi mengelompokkan beberapa provinsi (Extremadura, contohnya, terdiri dari dua provinsi: Cáceres dan Badajoz). Wilayah otonomi Asturias, Kepulauan Baleares, Cantabria, La Rioja, Navarre, Murcia, dan Madrid masing-masing terdiri dari satu provinsi. Secara tradisional, provinsi-provinsi tersebut dibagi lagi kepada wilayah bersejarah (comarcas).
E .Wilayah Kedaulatan
Terdapat lima enklave (plazas de soberanía) di lepas pesisir Afrika: kota Ceuta dan Melilla diperintah sebagai kota-kota otonom, sebuah status yang berada di antara kota dan wilayah otonomi; kepulauan Islas Chafarinas, Peñón de Alhucemas, dan Peñón de Vélez de la Gomera berada di bawah pemerintahan langsung Spanyol.
F .Iklim
Spanyol merupakan daerah subtropics yang mempunyai 4 (empat) musim. Sudut kemiringan sinar matahari justru dapat memberikan efek khusus dalam perancangan sehingga menciptakan sebuah efek bayangan yang baik pda bangunan.
G .Geologi

Di Spanyol kondisi geologisnya juga cukup ekstrim dimana pada lokasi tertentu terdapat daerah yang tandus juga daerah yang subur.

H .SOSIAL

Sebagian besar penduduk Spanyol bermata pencaharian sebagai pekerja industri, agriculture/pertanian dan juga pariwisata. Jumlah penduduknya berkisar 119.935orang

Rabu, 06 Juli 2011

ISI

A .Judul
PRAKTIKUM PENGUKURAN EROSI DENGAN PENDEKATAN PUKT(PERSAMANN UMUM KEHILANGAN TANAH)
B .Rumusan masalah
Berapakah laju erosi di desa Dalisodo kecamatan Wagir?
C. Tujuan
Untuk mengetahui besar laju erosi yang terjadi di desa Dalisodo!
D. Dasar teori
1. Tanah
Darmawijaya (1992: 9), menyatakan bahwa tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Di dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat.
2. Erosi
Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (detached) dan kemudian dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, atau gravitasi (Hardjowigeno, 1987: 128).
3. Bentuk–bentuk Erosi
Bentuk erosi berdasarkan kenampakan lahan akibat erosi menurut Asdak (1995: 441) adalah :
a. Erosi lembar (sheet erosion) yaitu pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan bidang tanah.
b. Erosi alur (riil erosion), yaitu erosi yang terjadi karena air terkosentrasi dan mengalir pada tempat–tempat tertentu di permukaan tanah sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat tersebut.
c. Erosi tebing sungai (stream bank erosion), yaitu erosi yang terjadi akibat
pengikisan tebing yang terjadi oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan arus air yang kuat pada kelokan sungai.
d. Erosi parit (gully erosion), yaitu proses terjadinya seperti alur, tetapi saluran– saluran yang terbentuk sudah sedemikian dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Uraian faktor–faktor penyebab erosi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Iklim
Salah satu unsur iklim yang mempengaruhi erosi adalah curah hujan/presipitasi. Sifat hujan yang terpenting pengaruhnya terhadap erosi adalah intensitas hujan. Jumlah hujan rata–rata yang tinggi tidak akan menyebabkan erosi yang berat apabila hujan tersebut terjadi merata, sedikit demi sedikit, sepanjang tahun. Sebaliknya curah hujan rata–rata tahunan yang rendah mungkin dapat menyebabkan erosi berat apabila hujan tersebut jatuh sangat deras meskipun
hanya sekali (Hardjowigeno, 1987: 132).
b. Relief
Relief atau topografi merupakan faktor penting yang mempengaruhi besarnyan erosi. Unsur topografi tersebut meliputi kemiringan lereng, panjang lereng, konfigurasi, keseragaman dan arah lereng (Arsyad, 1989: 81). Menurut Hardjowigeno (1987: 136), erosi akan meningkat apabila lerengya semakin curam atau semakin panjang. Apabila lereng semakin curam maka kecepatan aliran permukaan meningkat sehingga kekuatan mengangkut meningkat pula. Lereng yang semakin panjang menyebabkan volume air yang mengalir semakin besar.
E = f ( i,r,v,t,m, )
c. Vegetasi
Vegetasi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap besarnya erosi, yang sekaligus mudah diubah oleh manusia. Pada suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi (Arsyad, 1989: Vegetasi memiliki sifat melindungi tanah dari timpaan–timpaan keras titik–titik curah hujan
kepermukaannya, selain itu dapat memperbaiki susunan tanah dengan bantuan akar – akar yang menyebar (Kartasapoetra, 1991: 37).
E. Langkah kerja
1) Menghitung rerata curah hujan bulanan (R)
2) Menentukan jumlah hari hujan dalam satu bulan (D)
3) Menentukan curah hujan maksimal selama 24 jam dalam mm dan di ubah ke cm (M)
4) Menghitung Erodibilitas (K)
5) Menghitung panjang dan kemiringan lereng (LS)
a) Menentukan vegetasi
b) Pengolahan tanah
c) Erosi yang diperbolehkan
1. Untuk menghitung EI30, kita menggunakan rumus:

Dimana nilai R dapat diperoleh dari data curah hujan perbulan selama sebelas tahun kemudian dibagi sebelas, nilai D diperoleh dari jumlah hari hujannya berapa dibagi sebelas serta nilai M dapat diperoleh dari jumlah curah hujan perbulan dibagi dengan sebelas.
2. Untuk menghitung erodibilitas tanah, dihitung dengan menggunakan persamaan:
K = 2,713 M1,14 (10)-4 (12 – a) + 3,25 (b – 2) + 2,5 (c – 3)
100
3. Untuk menghitung panjang dan kemiringan lereng, perhitungannya harus sesuai apakah lereng tersebut LSnya < 15% atau LSnya >15%.
Jika LS < 15%, perhitunganya dengan menggunakan rumus:


Sedangkan LS > 15%, perhitungannya dengan menggunakan rumus:
LS = x 0,6 X S
22,1 9
1. Untuk menghitung laju erosi per tahun(A), yaitu dengan menggunakan rumus Wiscmeier dan Smith



Dimana A : Banyaknya Tanah yang Tererosi
R : Erosivitas
K : Erodibilitas Tanah
LS : Panjang dan Kecuraman Lereng
C : Metode Pengelolaan Tanaman
P : Metode Pengelolaan secara Mekanik
2. Untuk menghitung EDP(Erosi yang Diperbolehkan), yaitu menggunakan rumus:


ton/ha/th = Edp x BV(Bobot Volume)
= Edp x 1,5 gram / cm3 x 10 -6
10 -8
3. Untuk menghitung TBE(Tingkat Bahaya Erosi), digunakan rumus:

TBE = A
EDP
Dimana: A : Banyaknya Tanah yang Tererosi
EDP : Erosi yang Diperbolehkan
F .Hasil Data Dan Pembahasan (Terlampir)
a. Hasil Data
1. Tabel Laju Erosi (A) dan TBE

Unit Lahan R (cm / th) K LS C P A (ton / ha / th) EDP TBE Kriteria
Dalisodo 13 153,308 0,53 1,335 0,660 0,5 35,796 0,018 13,257 Sangat Tinggi
Dalisodo 17 153,308 0,346 2,638 0,890 0,6 74,723 0,013 38,319 Sangat Tinggi
Dalisodo 18 153,308 0,399 2,667 0,500 0,40 32,628 0,015 14,501 Sangat Tinggi
Dalisodo 19 153,308 0,501 3,767 0,170 0,8 39,349 0,012 21,860 Sangat Tinggi
Dalisodo 20 153,308 0,419 6,658 1,000 0,35 149,689 0,010 99,793 Sangat Tinggi
2. Tabel Laju Erosi(A) dan TBE setelah nilai C dan P diganti

Unit Lahan R (cm / th) K LS C P A (ton / ha / th) EDP TBE Kriteria
Dalisodo 13 153,308 0,53 1,335 0,3 0,15 4,881 0,018 1,807 Sedang
Dalisodo 17 153,308 0, 346 2,638 0,3 0,15 6,296 0,013 3,229 Sedang
Dalisodo 18 153,308 0,399 2,667 0,2 0,4 13,051 0,015 5,800 Sedang
Dalisodo 19 153,308 0,501 3,767 0,4 0,04 4,629 0,012 2,572 Sedang
Dalisodo 20 153,308 0,419 6,658 0,1 0,15 6,415 0,010 4,276 Sedang


G.Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data, maka dari praktikum ini ini
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Perkiraan besar erosi tanah yang terjadi di desa Dalisodo adalah sebesar 34,794 ton/ha/th sampai dengan 145,958 ton/ha/th dengan perincian.

Selasa, 05 Juli 2011

Geologi Nusa Tenggara

Kondisi Geologi Nusa tenggara berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan Banda tediri dari pulau-pulalu kecil dan lembah sungai. Secara fisik, dibagian utara berbatasan dengan pulau Jawa, bagian timur dibatasi oleh kepulauan Banda, bagian utara dibatasi oleh laut Flores dan bagian selatan dibatasi oleh Samudra Hindia. Secara geologi nusa tenggara berada pada busur Banda. Rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng tektonik, deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi indo-australia pada kerak samudra dan dapat di interpretasikan kedalaman magmanya kira-kira mencapai 165-200 km sesuai dengan peta tektonik Hamilton (1979)Lempeng tektonik kepulauan Indonesia terletak di penggabungan tiga lempeng utama diantaranya lempeng indo-australia, Eurasia dan pasifik. Interaksi dari ke tiga lempeng tersebut menimbulkan kompleks tektonik khususnya di perbatasan lempeng yang terletak di timur Indonesia Sebagian besar busur dari kepulauan Nusa Tenggara dibentuk oleh zona subduksi dari lempeng Indo-australia yang berada tepat dibawah busur Sunda-Banda selama diatas kurun waktu tertier yang mana subduksi ini dibentuk didalam busur volcanik kepulauan Nusa Tenggara. Bagaimanapun juga ada perbedaan-perbedaan hubungan dari análisis kimia diantara batuan volkanik pada kepulauan Nusa Tenggara. Busur volkanik pada bagian timur wilayah sunda secara langsung dibatasi oleh kerak samudra yang keduanya memiliki karakteristik kimia yang membedakanya dari lava pada bagian barat busur Nusa Tenggara. Menurut Hamilton dibagian barat barisan pegunungan Nusa Tenggara dibentuk pada massa Senozoic.
Batuaan Volkanik didalam busur Banda dari kepulauan Nusa Tenggara yang diketahui lebih tua dari batuan pada awal miocene, ditemukan pada kedalaman 150 km dibawah zona gempa. Wilayah seismic di Jawa terbentang pada kedalaman maksimal 600 km ini merupakan indikasi dari subduksi dari sub-ocean lithosfer milik lempeng Australia.yang terletak dibawah busur Banda. Pada awal pleistosen di seberang Timor menunjukkan adanya tabrakan dari Timor dengan Alor dan Wetar, setelah semua lautan dimusnahkan oleh zona subduksi.
Ukuran dari deretan kepulauan volkanik perlahan-lahan akan semakin kecil dari timur pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa , Flores, Wetar sampai ke Banda. Penurunan ini sangat terlihat nyata pada bagian timur Wetar, kemungkinan ini karena pantulan jumlah subduksi dari kerak samudra, Yang secara tidak langsung gerakannya berupa dip-slip di bagian barat Wetar dan gerakan strike-slip dibagian timurnya. Kemungkinan busur vulkanik dibagian timur wetar lebih muda dan kemungkinan busur volkanik yang asli di bagian timur Wetar telah disingkirkan oleh pinggiran batas benua Australia.
 
Template by : Boedy Template | copyright@2011 | Design by : Boedy Acoy